Meminimalisasi Peradaban Hoaks 

Pengantar

Warganet kini tidak begitu asing dengan hoax. Kata hoax yang berasal dari bahasa asing ini sekejap menjadi jargon yang tenar dikalangan masyarakat. Dalam kamus Bahasa Indonesia penulisan hoax berubah menjadi hoaks yang memiliki arti yaitu berita bohong. Hoaks bahkan menjadi suatu yang meriah dan luar biasa keberadaanya. Bahkan menjadi makanan yang wajib dikonsumsi bagi masing-masing pribadi orang.  

Ada juga yang beranggapan bahwa hoaks sangat dibutuhkan dan hoaks diyakini sebagai teman terbaik, menandakan bahwa mereka berpandangan sangat sempit. Hoaks hakikatnya merupakan senjata yang membuat pribadi orang mudah memakan asumsi yang belum jelas faktanya. Imbasnya, orang tersebut mudah untuk dipengaruhi atau dihasut secara sadar melalui informasi yang diperoleh. Dari berbagai penjelasan ringan mengenai hoaks saja sudah mengandung banyak sekali hal negatif.

Sama halnya dengan keberadaan hoaks seperti yang diketahui sekarang ini di media sosial, elektronik dan internet yang membuat hoaks semakin merajalela. Orang-orang yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan internet dengan tidak bijak menyebarkan berita bohong untuk kepuasan dan keuntungan pribadi mereka. Mengolah sedemikian rupa agar berita tersebut lebih banyak diminati oleh warganet.

Berbagai kasus yang hadir akibat hoaks ini justru dapat ditumpas dengan jitu. Senjata itu bisa dilawan bukan hanya dari diri kita sendiri, melainkan salah satunya dari tangan seorang pendidik yaitu guru. Guru di sekolah merupakan orang tua kedua bagi peserta didik. Peserta didik yang setengah waktunya dihabiskan untuk belajar di sekolah. Dari sinilah peserta didik banyak menimba pengetahuan dan pengalaman sehingga ilmu yang ditangkap dapat dijadikan sebagai landasan berpikir bagi peserta didik untuk selalu melakukan hal yang positif. Terutama dapat menjauhkan diri dari hoaks tersebut.

Peranan guru sangat penting dalam menekan penyebaran hoaks. Seperti halnya yang kita ketahui bahwa peserta didik berpanutan pada figur seorang guru (dari cara menyikapi suatu hal). Bukan itu saja, sebuah nasihat yang berupa perkataan yang indah saja bisa menjadi bekal yang bijak untuk peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa peserta didik adalah penumpang bagi sang guru.

Isi

Globalnya di lingkungan sekolah terkadang ada hoaks yang sengaja disebarluaskan oleh oktum tertentu. Dengan maksud dan tujuan agar animo hoaks yang ada di sekolah dapat mempropagandakan semua yang ada terutama peserta didik. Jikalau propaganda ini berhasil memakan korban maka yang terjadi hanyalah sebuah kekecewaan belaka.

Contoh permasalahan yang pernah dialami oleh penulis sebagai seorang pendidik di sekolah misalnya, hoaks tentang tidak adanya kegiatan belajar mengajar setelah upacara dalam rangka hari besar. Apabila ada hoaks semacam ini. Pastilah peserta didik lebih antusias dalam merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan teman-teman jika tidak ada KBM. Kemanakah besok kami akan bermain? Atau pada malam hari mereka memang sengaja tidak mempersiapkan sesuatu untuk kegiatan belajar mengajar karena mendengar berita yang belum jelas kebenarannya.

Peserta didik yang seperti ini. Menandakan bahwa dia tidak jelih dalam menerima berita. Sehingga terjadilah kemalasan pada diri peserta didik untuk tidak menyiapkan kegiatan belajar mengajar esok harinya. Dibenak pikiran peserta didik yang ada hanyalah aktivitas yang akan dilakukan esok hari jika pulang cepat. Peserta didik baru akan merasa kecewa kalau mengetahui yang sebenarnya. Dengan demikian seluruhnya dirugikan dengan satu berita bohong tersebut.

Antisipasi yang semacam ini dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peserta didik dapat mengkomunikasikan hoaks ini dengan menanyakan kepada wali kelas. Bertanya dengan wali kelas pun jangan teralalu to the poin sebab sebagai peserta didik kita wajib menghargai guru meski tidak dipungkiri. Hampir semua peserta didik menyukai jam pulang sekolah lebih awal dari biasanya.

Pertanyaan tersebut dapat di awali dari benarkan besok ada kegiatan upacara peringatan hari besar. Jika sang guru menjawab betul. Langkah kedua, peserta didik dapat melanjutkan pertanyaan berikutnya ke arah yang lebih pokok yaitu tentang kegiatan belajar mengajar yang akan terus dilangsungkan atau dihentikan setelah upacara selesai dilaksanakan. Usahakan bertanya pada ranah yang umum. Jangan langsung bertanya besok bebas? Pertanyaan tersebut sangatlah sensitif jika dibaca oleh wali kelas. Langkah terakhir, bilama wali kelas dengan pertanyaan tersebut tidak bisa menjawab. Ada kemungkinan bahwa berita kegiatan belajar mengajar dihentikan setelah upacara adalah berita yang belum jelas keberanannya. Jangan lupa juga ucapkan terima kasih kepada wali kelas meskipun kebenaran berita tidak didapatkan. 

Lalu bagaimana langkah selanjutnya? Sebagai peserta didik dalam kondisi apapun harus siap untuk menerima kenyataan, baik besok KBM tetap berjalan ataupun dihentikan. Serta jangan lupa untuk bisa melawan hoaks tersebut dengan cara memberitahukan kepada teman-teman agar tetap semangat menikmati hari esok apapun yang akan terjadi. Pada intinya sebagai peserta didik sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Jika tugas-tugas yang telah dikerjakan serta materi ulangan yang telah kuasai dengan baik, tetapi kenyataan besok berubah. Tidak akan merugikan peserta didik sebab tidak ada waktu yang sia-sia jika diisi dengan melakukan kegiatan positif terutama belajar. Jadi hal yang saya lakukan untuk menumpas berita hoaks adalah memberikan informasi bahwa besok tetap akan dilaksanakannya kegiatan belajar dengan memanfaatkan teknologi menggunakan smartphone. Tidak dipungkiri anak sekarang memiliki smartphone.

Hal yang saya lakukan akibat maraknya hoaks ini yaitu setelah memberikan pelajaran yang normatif menyisihkan waktu sebelum KBM berakhir dengan memberikan nasihat mengenai cara menanggulangi hoaks seperti melihat artikel yang sedang gencar baik di berita televisi maupun surat kabar berupa koran atau majalah.

Pola guru dalam mengajar pun harus disesuaikan dengan anak sekolah jaman sekolah. Jadi guru harus mengetahui kesukaan peserta didik. Peserta didik jaman sekarang adalah model jaman digital maka dari itu, guru dapat menekan keberadaan hoaks dengan cara mengajak peserta didik menggunakan handphone pintarnya untuk mengetahui berita tersebut. Dengan cara bijak ini peserta didik akan menjadi bijak dalam menggunakan handphone pintarnya karena betapa berharganya ini untuk dapat memberikan pengetahuan yang lebih. Bukan hanya saja berperan sebagai teman dekat yang dijadikan untuk chatingan maupun update status dan lain sebagainya.

Penggunaan handphone pintar pada saat kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kebenaran hoaks atau tidak harus benar-benar diawasi dengan saksama. Jangan sampai guru kecolongan ada peserta didik yang tidak melaksanakan perintah justru peserta didik malah asyik bermain handphone.

Tidak hanya saja dilakukan via internet. Namun, bisa juga dilakukan secara pengkajian sumber referensi yakni buku-buku yang ada diperpusatakaan. Sumber dari buku ini sebagai penguat berita yang syah dan benar-benar terjadi tanpa adanya rekayasa.

Ketika semua sudah fokus dan siap maka guru berhak menyampaikan beberapa poin-poin terpenting yang harus diperhatikan peserta didik. Pertama, fokuskan pelajaran ini dengan kehidupan terutama pada manfaatnya. Kedua, berita yang dicari akan mudah muncul dengan kebenaran yang dapat dibuktikan. Ketiga, antara berita yang ditemukan mengandung beberapa data pendukung serta persamaan yang mirip. Keempat, tidak mengandung kejanggalan saat dibaca. Kelima, sesuai dengan apa yang diutarakan dalam buku dan mengandung pengarang dengan blog atau artikel yang resmi.

Dengan belajar seperti ini maka peserta didik akan lebih berantusias mencari sumber informasi yang dibutuhkan. Bila sudah menemukan perbandingan serta jawaban yang pasti. Apakah itu hoaks atau tidak. Peserta didik akan memahami lebih mendalam kaitan dengan ilmu yang dipelajari.

Guru juga dapat menyampaikan beberapa penjelasan kaitan dengan materi yang akan diajarkan. Bahwa berita bohong itu kemunculannya itu tidak akan seheboh seperti dengan kajian teori keilmuan. Kehebohan berita bohong semakin mengglobal itu, bersumber pada diri seseorang yang ikut menyebarkan hoaks tersebut. Maka dari itu jangan pernah mudah mengshare berita apabila belum diketahui betul kebenarannya.

Berbagai kasus yang dimunculkan seputar hoaks di atas. Ada beberapa cara menghindari hoaks antara lain:

1.  Menyaring informasi yang telah didapatkan. Dengan cara mencari kebenaran informasi yang disertai dengan data pendukung. Misalnya, website berita yang resmi atau bisa juga data pendukung yang berupa keaslian foto.

2.  Jangan sesekali penasaran dengan informasi yang telah didapatkan. Informasi yang didapatkan akan menyebakan pembuat hoaks lebih suka dengan warnaget yang mudah terpengaruh dan ingin mengetahui lebih lanjut seputar informasi tersebut. Pandailah untuk memilah informasi yang didapatkan kemudian tanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan jika bisa. Apabila tidak bisa maka dapat mencari mengkaji informasi dari berbagai sumber yang syah.   

3.   Ketika membaca suatu berita pahami teks berita dengan saksama. Konsep berita terdiri dari fakta dan opini. Belajarlah memahami inti berita yang dibaca bukan dengan penekanan opininya saja. Itulah cara mudah untuk menganalisis teks yang mengandung berita hoaks atau tidak. Pemahaman teks dapat dilakukan dengan cara berikut: isi teks yang mengandung opini ditandai dengan kata menurut, mungkin, kira-kira, sekitar, prediksi, bila, seharusnya dan lain-lain. Opini tersebut biasa membuat pembaca mempercayai apa yang disampaikan oleh penyebar berita.  Sedangkan isi teks berbau fakta, penjelasan yang diuraikan adanya data yang dapat dibuktikan. Pembuktian tersebut terdapat dalam unsur berita yang baik yaitu dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, kapan, dimana, dan siapa. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menghasilkan jawaban yang valid.

4.  Mencari kebenaran berita tidak hanya dari satu sumber atau satu orang saja. Mencari informasi seluas-luasnya menjadi tanggung jawab kepada pembaca agar dapat membandingkan kebenaran informasi dalam bacaan. Tetapi, jika informasi yang dicari tidak kunjung didapatkan apalagi informasinya rancu serta perbeda penjelasan maka berhati-hatilah sebab berita tersebut akan muncul “indikasi” hoaks.

Keberadaan hoaks wajib untuk diminimalisasi. Kewajiban tersebut bertumpu pada pribadi seseorang yang diperkokoh oleh pendidik. Jika hoaks tidak dapat diminimalisasi dengan baik maka akan menimbulkan beberapa dampak yang sangat dahsyat. Dahsyat yang mengerikan dari virus hoaks yaitu:

1.   Merugikan banyak pihak

2.   Memberikan reputasi yang buruk akan sesuatu atau pada pihak yang dirugikan.

3.   Menyebarkan fitnah. Seperti kata pepatah fitnah sangat lebih kejam daripada pembunuhan.

4.   Membuat penyimak bingung dan susah untuk mengetahui kebenaran.

5.   Menyita waktu berpengaruh lebih besar generasi muda.

6.   Terjadinya perpecahan dan konflik.

7.   Fakta yang terjadi akan sulit untuk dipercaya kembali.

Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat hoaks di atas. Ada juga langkah khusus bagi guru untuk mengedukasi peserta didik dalam melawan hoaks.

1.  Memotivasi peserta didik untuk menanamkan pemikiran.

Langkah terkecil dimulai dari diri sendiri dengan menanamkan pemikiran bahwa saya adalah pribadi yang cerdas memilih dan membatasi diri untuk tidak mempercayai dan membuat hoaks yang baru.

2.  Pandai-pandai dalam menggunakan handphone

Handphone salah satu alat yang mudah sekali digunakan untuk menyebarkan hoaks. Jadi, apabila mendapatkan berita. Jangan langsung dishare tetapi bekukan terlebih dahulu pada diri lalu belajar untuk bisa menahan penyebaran berita.

3.  Budayakan membaca berita

Membaca berita dapat dilakukan setiap saat melalui media elektronik maupun media cetak. Membudayakan membaca akan menambah pengetahuan bagi pembaca serta menjadikan peserta didik memiliki modal keilmuan yang lebih percaya diri dalam menyampaikan argumentasi (dengan penguatan dari pendapat para ahli). Bukan argumentasi yang berisi tong kosong berbunyi nyaring yang sering dilakukan anak jaman sekarang.

Penutup

Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara  tentang minat membaca (Gewati, 2016). Hal ini dapat digunakan sebagai alat yang canggih untuk melawan peredaran hoaks. Dengan dasar minat baca yang kuat serta model yang bisa diidolakan yakni guru. Guru sebagai aktor dalam program pendidikan yang berperan menanamkan budi pekerti serta mengarahkan potensi minat baca ke arah yang lebih bijak dan bertanggung jawab agar akan tidak mencintai hoaks.

Berbicara tentang peradaban hoaks. CNN Indonesia menyebutkan bahwa dalam data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech) (Pratama, 2016). Data ini juga diperkuat oleh Kemkominfo yang selama tahun 2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasar pada 10 kelompok. Kesepuluh kelompok tersebut di antaranya mengandung unsur pornografi, SARA, penipuan/dagang ilegal, narkoba, perjudian, radikalisme, kekerasan, anak, keamanan internet, dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dari jumlah itu, menurut Jamaludin, 2016 situs yang paling banyak yaitu unsur pornografi.

Pemerintah pada dasarnya telah memiliki payung hukum yang memadai yakni pada Pasal 28 ayat 1 dan 2 UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, Pasal 14 dan 15 UU No. 1 tahun 1946, Pasal 311 dan 378 KUHP, serta UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskiriminasi Ras dan Etnis yang merupakan beberapa produk hukum yang dapat digunakan untuk memerangi penyebaran hoaks.

Keberadaan pemenrintah dengan payung hukum yang syah, tidak akan dapat berjalan selaras sesuai dengan kebakuan pasal-pasal yang diterbitkan. Bilamana fakta di lapangan lebih mengerikan dibandingan dengan keindahan dari beberapa kelompok yang turun tangan untuk melawan hoaks.  Sama halnya seprti yang telah diungkapkan panjang lebar penjelasan di atas, bahwa meminimalisasi peradaban hoaks ini berpedoman pada pendidik. Pendidik yang setiap hari memiliki tanggung jawab merubah peserta didik menjadi makhluk kebanggan keluarga, lingkungan sekitar, dan negara.  (5Ramadankay, Sabtu, 17 April 2021)

 

 

 

Komentar

Unknown mengatakan…

Dimas Chaerul Fadila Nafirli 10/TKRO1
faizul mengatakan…
Dodi eko saputro
Unknown mengatakan…
ABDUL FIKRI
Unknown mengatakan…
ADE IRMA S
X TKRO 1
Unknown mengatakan…
DANZAHRA 10/TKRO1
Anonim mengatakan…
M.khafid maulana h
Unknown mengatakan…
Aditya dwi s
Kls TKRO1
Firman mengatakan…
firman aryanto
Ferdy hansah tkro1 mengatakan…
M.Ferdy Hansah
TKRO 1
Luthfi Afiq Alfhiana mengatakan…
Nama: Luthfi Afiq Alfhiana
No:13
Kelas:X TKRO1
Fali mengatakan…
Falih Dwi Kurniantoro
Ferdy hansah tkro1 mengatakan…
Awal Rizki Saputra

TKRO 1
Wahyu nurrizqi mengatakan…
NAMA:M.wahyu nur rizqi
kelas:X TKRO 1
no abs:18
Ferdy hansah tkro1 mengatakan…
M.Oktaviyanto Ramadani
TKRO 1
Unknown mengatakan…
Wisnu Hikmal Fatahillah
TKRO 1

Replu
Luthfi Afiq Alfhiana mengatakan…
Luthfi Afiq Alfhiana X TKRO 1

Postingan populer dari blog ini